Kamis, 28 Februari 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Selasa, 12 Februari 2013
Minggu, 10 Februari 2013
Watch One Piece English Sub
Makalah Metode Pembelajaran Student Facilitator And Explaining
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti
yang kita ketahui bersama bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi pada
diri setiap orang selama hidupnya dan berjalan secara kompleks. Dimana, dalam
setiap kegiatan belajar, di dalamnya akan terjadi aktifitas yang dilakukan
secara sengaja dengan maksud mentransportasikan ilmu pengetahuan, nilai-nilai
sosial budaya sekaligus norma-normanya dari generasi ke generasi agar tetap
terlestarikan. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan
dan dimana saja. Ini bisa dibuktikan
dengan berubahnya tingkah laku seseorang yang bisa terjadi pada tingkatan
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar, sehingga hal
ini, media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar
mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Akan
tetapi, problema yang sering ditemukan adalah penghadapan guru dalam proses pembelajaran yaitu
banyaknya bahan pembelajaran yang harus diajarkan dalam kurikulum 2006 serta
waktu yang terbatas. Selain kendala tersebut, tidak sedikit guru yang
menghadapi masalah dalam mengorganisasikan bahan pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta tata kehidupan
masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang maksimal untuk
mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa dilakukan
dengan baik apabila didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi.
Dalam kerangka inilah peranan guru ditengah-tengah dunia pendidikan
menjadi amat penting.
Guru
sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai Agent of Culture,
juga berfungsi selaku Agent of change. Dengan
demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta mentranformasikan
nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap
nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik dan berkualitas.
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimanakah
kesulitan belajar dan pembelajaran matematika ?
·
Bagaimanakah kedudukan
guru dalam pembelajaran ?
·
Bagimanakah konsep,
prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah model
Student Facilitator and Explaining ?
·
Bagaimanakah penerapan
model Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran matematika?
C. Tujuan Masalah
·
Menjelaskan
tentang kesulitan belajar dan pembelajaran matematika.
·
Menjelaskan kedudukan
guru dalam pembelajaran.
·
Menguraikan tentang
konsep, prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah model
Student Facilitator and Explaining.
·
Menjelaskan penerapan
model Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini memiliki manfaat bagi penyusun dan
pembaca makalah ini. Bagi penyusun diantaranya :
1. Mengembangkan
pengetahuan model Student Facilitator
and Explaining.
2. Pembekalan
sebagai calon guru untuk bisa memahami lebih dalam tentang model Student
Facilitator and Explaining dan cara
penggunaanya atau pelaksanaanya.
3. Mengembangkan
keterampilan menulis karya ilmiah khususnya pembuatan makalah.
Bagi pembaca diantaranya :
1. Memberikan
pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan model Student Facilitator and
Explaining.
2. Memberikan
gambaran tentang bagaimana penerapan atau pelaksanaan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar dan Pembelajaran
Matematika
Menurut Dr. Edi Prio Baskoro M.Pd., belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. (Edi Prio Baskoro, 2008:1)
Proses
pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan
belajar. Melalui proses pembelajaran, diharapkan terjadi kegiatan belajar dan
menghasilkan perubahan yang terarah ke arah positif sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diinginkan. (Eti Nurhayati, 2010:20)
Matematika
adalah ilmu atau pengetahuan yang termasuk ke dalam atau mungkin yang paling
padat dan tidak mendua arti. Pengajaran matematika itu bertujuan untuk
meluruskan dan mempermudah siswa belajar berhitung dan cabang-cabang matematika
lainnya. (Oemar Hamalik, 1991:71)
Seperti
yang telah diketahui bersama pula bahwa salah satu karakteristik matematika
adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak dan sehingga menjadikan adanya
anggapan bahwa maematika tersebut sulit. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak
siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, kurang menghayati dan
memahami matematika dan siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari, mungkin juga dipacu oleh kegiatan belajar mengajar
di kelas yang menggunkan metode yang dirasa membosankan bagi siswa.
Proses
belajar mengajar bagi seorang siswa khususnya dalam matematika dapat dilihat
dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan siswa dalam
menguasai pelajaran matematika tersebut juga berkaitan erat dengan pemahaman
konsep dalam materi matematika. Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain ditinjau dari tuntutan kurikulum yang lebih
menekankan pada pencapaian target, bukan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
matematika, serta aktivitas pembelajaran di kelas, yang mana guru aktif
sementara siswa pasif. Akibatnya, anak cenderung menerima apa adanya, tidak
memiliki sikap kritis. Selanjutnya, hal tersebut tentu akan berpengaruh kepada
prestasi belajarnya terkhusus lagi dalam pelajaran matematika.
Hampir setiap guru matematika setuju
akan pentingnya motivasi yang benar untuk mengajarkan matematika. Murid-murid,
kecuali yang memang secara alami sudah senang dengan matematika, perlu diberi
rangsangan melalui teknik dan cara pengajaran yang tepat agar senang terhadap
matematika. Hanya dengan cara yang demikian kita dapat menghilangkan
masalah-masalah seperti kegelisahan terhadap matematika, yang merupakan masalah
umum bertahun-tahun.
Murid-murid akan belajar secara efektif jika mereka
benar-benar tertarik terhadap pelajarannya. Akan tetapi sulit bagi kebanyakan
guru untuk menemukan persediaan gagasan tentang menyampaikan matematika secara
menarik. Banyak guru yang terlibat dalam rutinitas menyampaikan materi
pelajaran sehingga mereka kehilangan waktu dan energy untuk mencari hal-hal
yang dapat memotivasi muridnya. Akan tetapi terdapat persediaan yang melimpah
tentang matematika yang menarik.
B. Kedudukan Guru dalam
Pembelajaran
Seperti
yang kita ketahui guru mempunyai ketentuan dan syarat-syarat yang harus dia
penuhi, seperti umur, ijazah, kesehatan, kelakuan baik, tidak cacat, dan
sebagainya. Adapun kedudukan guru adalah sebagai pembantu sekolah. Tugasnya
dalam administrasi pendidikan adalah sebagi pebantu, yakni ikut melaksanakan
administrasi pendidikan yang sebenarnya khususnya di sekolah dasar.
Mungkin
pada masa lalu, tugas dan kewajiban guru hanya sebagi pengajar, yaitu
menyampaikan atau melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada murid, memberi
tugas yang kemudian melakukan evaluasi. Namun untuk dewasa ini, keawijan guru
mulai berkembang. Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat dengan
pekerjaan seorang pengawas , kepala sekolah, pegawai tata usaha dan sebagainya
yang terkait dengan personil sekolah.
Begitu
pula, guru diharapkan memiliki kreatifitas yang tinggi, sebagaimana dikuatkan
oleh seorang ahli yaitu Gordon dalam Joice and Weill (1996) mengemukakan empat prinsip
dasar sinektik yang menentang
pandangan lama tentang kreatifitas. Pertama, kreativitas merupakan suatu yang
penting dalam kegiatan sehari-hari. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang
misterius. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni,
ilmu, maupun rekayasa. Keempat, menunjukan bahwa berpikir kreatif baik secara
individu maupun kelompok adalah sama. (E. Mulyana, 2008:163)
Sejalan
dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa
mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa
melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru
harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran
peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang
yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan
yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini.
Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah
peserta didiknya.
Jika
guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian
cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan
kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat.
Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara
antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan
pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa
depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran
yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak
terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif,
namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu
juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk
melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan
konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Gilbert Hunt menyatakan bahwa guru
yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.
Sifat positif dalam
membimbing siswa.
b.
Pengetahuan yang
memadai dalam mata pelajaran yang dibina.
c.
Mampu menyampaikan
materi secara lengkap.
d.
Mampu menguasai
metodologi pembelajaran.
e.
Mampu memberikan
harapan riil terhadap siswa
f.
Mampu mneguasai
manajemen kelas. (Masdudi, 2011:35)
C. Model Student
Facilitator and Explaining
1. Konsep Model Student
Facilitator and Explaining
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta tata kehidupan
masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang maksimal untuk
mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa dilakukan
dengan baik apabila didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi.
Dalam kerangka inilah peranan guru di tengah-tengah dunia pendidikan
menjadi sangat penting.
Guru
sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai Agent of Culture,
juga berfungsi selaku Agent of change. Dengan
demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta mentranformasikan
nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap
nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik dan berkualitas.
Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran (subject matter)
terletak pada kemampuan mereka (pebelajar) mengelola belajar (management of learning), kondisi belajar
(condition of learning), dan
membangun struktur kognitifnya pada bangunan pengetahuan awal (prior knowledge),
serta mempresentasikannya secara benar. Pengelolaan kegiatan pembelajaran dan
kondisi belajar seseorang mempengaruhi proses terbentuknya pengetahuan di dalam
struktur kognitif peserta didik. Kondisi belajar berkaitan dengan materi topik
yang dipelajari (content), dan
pengelolaan belajar berhubungan dengan membangun pengetahuan.
Dewasa
ini pengkajian dan pengembangan model serta implementasi pendekatan
pembelajaran telah banyak dilakukan. Hal ini bertujuan guna mengungkapkan
indikator yang paling dominan dalam mempengaruhi cara belajar siswa lebih
bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu upaya tersebut
dengan menggabungkan pendekatan pemecahan masalah (technological approach), dan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Model
Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan
pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau
pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model Student Facilitator and
Explaining (bermain peran) dilakukan dengan cara penguasaan siswa
terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang
dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa
dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model
ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya,
model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa
senang dalam belajar siswa.
2.
Prinsip Model Student
Facilitator and Explaining
Pembelajaran
kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Salah
satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21)
dalam Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi
belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil
penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat
meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi.
Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa.
Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini
suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya
ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks
bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks
bacaan dalam keadaan riang. (Prasetyo, 2001:15)
Salah
satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran
kooperatif Student Facilitator and Explaining.
Tiga tujuan Pembelajaran Kooperatif
(Mulyasa, 2004) yaitu:
1. Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif
dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas
akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus
dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses
tutorial ini , siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya
karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam
tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
2. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari Model Pembelajaran
Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting Ketiga dari Pembelajaran
Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi.
Pembelajaran
matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan
daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan
bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih
termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang
meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja
keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk
mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.
3.
Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Kelebihan
dalam model Student Facilitator and Explaining ini adalah :
(1)
Seluruh siswa dapat
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam
bekerja sama hingga berhasil.
(2)
Dapat menambah
pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. (Prasetyo, 2001:15)
Selanjutnya akan dipaparkan beberapa kelemahan
tentang model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
yaitu sebagai berikut:
(1)
Adanya pendapat yang
sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
(2)
Banyak siswa yang
kurang aktif.
4.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Studnt Facilitator and Explaining
Disarankan saat guru menerapkan model SFAE, perlu
diperhatikan kemampuan siswa, sebab model ini menuntut siswa yang dapat
membaca, bertanggung jawab, memiliki kemampuan individu untuk menjadi
fasilitator dan membelajarkan siswa. Guru disarankan juga menggunakan variasi
model pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh dan hasil belajar dapat
meningkat.
Berikut ini adalah
langkah-langkah dalam model pembelajaran Student Facilitator and Explaining :
1.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru
mempresentasikan materi.
3.
Memberikan
kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan atau
peta konsep lainnya.
4.
Guru
menyimpulkan pendapat atau ide siswa.
5.
Guru
menerangkan atau merangkum semua materi yang dipresentasikan itu.
6.
Penutup.
(Yatim Riyanto, 2010:279)
5. Penerapan Model
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Pada Mata Pelajaran Matematika
Berikut ini contoh penerapan Student Facilitator and
Explaining pada mata pelajaran matematika :
I.
Pokok bahasan : Segiempat (persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah
ketupat, layang-layang dan trapesium)
Pengetahuan
dasar :
·
Persegi panjang adalah segi empat yang dapat
menempati bingkainya dengan tepat empat cara dan tiap-tiap sudutnya dapat
menempati sudut yang lain secara tepat.
·
Persegi adalah segiempat yang dapat menempati
bingkainya dengan tepat delapan cara dan tiap-tiap sudutnya dapat memenuhi
sudut yang lain secara tepat.
·
Jajargenjang dibentuk dari gabungan sebuah
segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran pada titik tengah
salah satu sisi segitiga.
·
Belah ketupat dibentuk dari gabungan segitiga
sama kaki dan bayangannya oleh pencerminan terhadap alas segitiga.
·
Layang-layang dibentuk dari gabungan dua segitiga
sama kaki yang alasnya sama panjang dan saling berimpit.
·
Trapesium adalah segiempat yang memiliki tepat
sepasang sisi berhadapan yang sejajar.
II.
Kelas / semester/ waktu : VII / II / 2 x 40 menit ( 1 pertemuan )
III.
Kompetensi dasar :
·
Mengidentifikasi sifat-sifat persegi
panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.
IV.
Hasil belajar dan tugas & penilaian
Hasil Belajar
|
Tugas dan Penilaian
|
Siswa memahami pengertian persegi panjang, persegi,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.
|
1. Sebutkan
pengertian dari bangun segi empat.
Ø
Persegi panjang?
Ø
Persegi?
Ø
Trapesium?
Ø
Jajargenjang?
Ø
Belah ketupat?
Ø
Layang-layang?
|
Siswa memahami sifat-sifat persegi panjang, persegi,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan laying-layang
|
2. Gambarlah bangun
segi empat, amati bentuknya.
Ø Sebutkan
sifat-sifat segi empat?
Ø Sebutkan garis
yang sejajar, garis diagonal dan garis yang sama panjang pada bangun segi
empat?
Ø Siswa mampu
mengenali sifat-sifat pada bnagun segi empat
|
Siswa mampu menentukan rumus keliling dan luas bangun segi
empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
|
3. Siswa menyiapkan
bentuk gambar segi empat
Ø Bagaimana rumus
keliling bangun segi empat?
Ø Bagaimana rumus
luas bangun segi empat?
Ø Siswa menyebutkan
barang yang menyerupai bentuk segi empat?
Ø Siswa Menghitung
panjang dan lebar bentuk segi empat?
Ø Siswa menghitung
keliling dan luas bentuk segi empat?
|
V.
Keterampilan yang diharapkan
·
Disiplin ( Discipline )
·
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
·
Tekun ( diligence )
·
Tanggung jawab ( responsibility )
VI.
Langkah-langkah
Kegiatan Penerapan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
a.
Pendahuluan :
·
Apersepsi : Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
·
Memotivasi siswa dengan memberi
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.
·
Membahas PR.
b.
Kegiatan Inti
·
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. Siswa diberikan stimulus
berupa pemberian materi oleh guru mengenai pengertian jajargenjang, persegi,
persegi panjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang menurut sifatnya
serta mengenai sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya, mengetahui rumus
mencari luas dan keliling pada bagun ruang datar segi empat kemudian antara peserta didik dan guru
mendiskusikan materi tersebut (Bahan: buku paket, yaitu buku Matematika Kelas
VII Semester 2.
2. Siswa mengkomunikasikan
secara lisan atau mempresentasikan pengertian jajargenjang, persegi, persegi
panjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang menurut sifatnya serta
mengenai sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya dan .
3. Siswa dan guru secara
bersama-sama membahas contoh dalam buku paket mengenai mengetahui rumus mencari
luas dan keliling pada bagun ruang datar segi empat.
4.
Memberikan
kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan atau
peta konsep lainnya.
·
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1.
Siswa mengerjakan beberapa soal dari “Bekerja Aktif“ dalam
buku paket mengenai penamaan bangun datar berdasarkan bentuk bangun datar,
pengisian sifat-sifat yang terdapat pada jajar genjang, peregi, persegi
panjang, dan belah ketupat, dan penyusunan pengertian jajargenjang, peregi,
persegi panjang, dan belah ketupat, mengenai pengguntingan bentuk jajargenjang,
peregi, persegi panjang, dan belah ketupat yang digambar pada kertas berpetak,
mengenai sifat-sifat jajar genjang, persegi, persegi panjang dan belah ketupat
ditinjau dari sisi, sudut, dan
diagonalnya, serta mengenai sudut-sudut dalam bangun datar, mengenai penentuan
sifat-sifat dari trapesium siku-siku, trapesium sama kaki, dan trapesium
sembarang, dan 0 mengenai penentuan sifat-sifat dari layang-layang, kemudian
peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal tersebut.
2.
Siswa mengetahui rumus mencari luas dan keliling pada bagun
ruang datar segi empat.
3.
Siswa mengerjakan soal-soal dari “Cek Pemahaman“ dalam buku
paket mengenai bentuk bangun datar (segi empat, jajargenjang, layang-layang,
segi enam, trapesium, belah ketupat), kemudian peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal tersebut.
4.
Siswa mengerjakan beberapa soal dalam buku paket.
5.
Siswa mengerjakan beberapa soal dari “Kompetensi Berkembang
Melalui Latihan“ dalam buku paket mengenai pengertian jajargenjang, persegi,
persegi panjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang menurut sifatnya
serta mengenai sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya, kemudian peserta didik
dan guru secara bersama-sama membahas beberapa jawaban soal
tersebut.
· Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1.
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa.
2.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c.
Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
1.
Bersama-sama dengan siswa dan atau sendiri membuat rangkuman
atau simpulan pelajaran;
2.
Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
3.
Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
4.
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa;
VII.
Sumber bacaan
·
Matematika untuk SMP kelas VII edisi 4 ( Penerbit: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional)
·
Buku matematika lainnya sebagai referensi mengenai segi empat
VIII.
Pengayaan
Siswa dapat melakukan
kegiatan tambahan berikut ini untuk lebih lanjut memahami bagaimana menghitung
keliling dan luas suatu bangun segi empat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Model
Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan
pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau
pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model Student Facilitator and
Explaining (bermain peran) dilakukan dengan cara penguasaan siswa
terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang
dilakukan siswa.
B.
Saran
Puji
syukur ke-Hadirat-Nya karena makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Namun, penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tentu dalam makalah ini terdapat
banyak sekali kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, Edi Prio. Media Pembelajaran. Cirebon:Swagati Press. 2008.
Hamalik,
Oemar. Pendekatan Baru Strategi Belajar
Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. 1991.
Masdudi, Etika Profesi Keguruan. Cirebon:at-Tarbiyah. 2011.
Mulyasa, E. 2004. Model Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008.
Nurhayati,
Eti. Bimbingan Keterampilan dan
Kemandirian Belajar. Bandung:Batic Press.
Prasetyo, Makalah
Seminar Sholefatul Jannah, 2001.
Lokasi:
Cirebon, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)